Desa Jatiluwih yang berlokasi di kecamatan
Penebel, Tabanan selama ini terkenal sebagai daerah pariwisata dengan
keindahan sawah terasiringnya. Ternyata, Jatiluwih juga memiliki potensi
lain pendukung pariwisata. Tidak hanya beras merah, kali ini yang
tengah digarap yakni kopi lokal turun temurun yang diberi nama kopi
‘Celepuk’.
“Sengaja kita pilih nama yang mudah diingat, karena kebiasaan warga
disini sehari bisa minum kopi tiga kali, dan hasilnya mata kuat terjaga
sampai pagi,” kata Perbekel Jatiluwih I Nengah Kartika, belum lama ini.
Menariknya lagi, kopi Clepuk ini dibuat dengan campuran beras merah
yang menambah cita rasa kopi semakin kental dan nikmat. Sayangnya, untuk
pemasaran kopi lokal ini belum bisa menembus daerah luar karena belum
diolah dan dikemas secara maksimal. Bahkan untuk lahan kopi juga masih
tersebar di tegalan milik warga masing-masing. Minimal satu kepala
keluarga memiliki lahan seluas 50 are. Sayangnya, pemasaran selama ini
masih belum maksimal, dan para tengkulak yang mencari di masing-masing
rumah.
“untuk kemasan sedang kita rancang tahun ini, bahkan kami sudah
lakukan pendekatan dengan perusahaan daerah darma santika, harapan kami
kedepan kopi lokal Clepuk ini bisa dikembangkan lewat Bumdes sehingga
menambah deretan jenis kopi pilihan bagi para pecinta kopi,” ucapnya. Jika
sudah benar benar diolah dan dikemas dengan baik, kopi lokal clepuk ini
tentu saja bisa menjadi ciri khas pendukung daya tarik wisata di WBD
Jatiluwih, dan bisa diserap oleh restauran, penginapan dan kafe
diwilayah desa.
Tidak hanya berupaya mengembangkan kopi lokal, potensi lain yang
tengah dikembangkan yakni komoditi jeruk kintamani. Pasalnya, tekstur
tanah dan suhu di Jatiluwih sangat cocok untuk pengembangan jeruk
Kintamani. Bahkan sejumlah hasil produksi sudah diserap oleh kalangan
pengusaha baik pemilik restoran, penginapan dan kafe di wilayah WBD
Jatiluwih. Termasuk pula untuk keperluan piodalan. “Saat ini baru ada
lahan seluas kurang lebih 2 hektar dengan tiga orang petani. Hasilnya,
cukup berhasil dan banyak masyarakat yang ingin
membudidayakannya,”pungkasnya.
Untuk diketahui, desa Jatiluwih memiliki 800 kepala keluarga yang
notabene sebagian besar bergerak di sektor pertanian. Dimana Jatiluwih
memiliki areal lahan pertanian sekitar 303 hektar, lahan kebun seluas
597 hektar dan tempat pemukiman sesuai potensi desa dengan luas 24
hektar, selebihnya hutan lindung
No comments:
Post a Comment